Jumat, 09 April 2010

Sulawesi Tengah-ku

Beberapa hari terakhir, banyak cerita seru yang tak terlewatkan. Seperti semalam, kita-kita kelas XII ngadain farewell party *Amazing night*, truz hari sebelumnya jalan-jalan sama mama *acuit,cuiiit…swenenge.* Truz, hari sebelumnya lagi meliput acara lomba yang diikuti Madani dalam rangka HUT Sulteng.

Di sana ntu, kita bias liat penari-penari tradisional yang luar biasa mengagumkan. Ih, lentuk-lentuk amat gerakannya. Asyik litany. Tak membosankan. Waktu itu sih, ku cuma sempat liat level SMP ama SMA-nya. Tapi enakan liat anak SMP-nya, pada lucu-lucu *Huualaaah, bilang saja kalo iri sama anak SMAnya. Bleee:p*

Waktu itu Madani urutan ke tiga untuk tingkat SMA, untung saja Tuhan masih merestui, jadi nggak didiskualifikasi gara-gara hamper telat. Waktu itu, biar pada tegang tapi asyik nih, litanya. Ih, biar agak pesimis, eh, tau-tau bias dapat juara 3, loh *Wuiiih, give applause for them!*. Sayangnya, waktu itu gak terlalu merhatiin, tu tarian apa namanya. Formasinya seru, gerakannya oke. Yang jelas, nih, Cuma musik doang pengiringnya. Tanpa ada penyanyi. Beda dengan tari Pamonte yang diiring-iringi nyanyian *Yakuuumoooo, Tadulako Pomonte!* Hehe… Ih, seru banget bisa hadir di sana.

Setelah ku rewind seperti sudah berabad-abad gak lagi liat hal-hal berbau tradisional seperti ini *Lebay, mode:on* Apalagi menyangkut daerah sendiri. Terakhir kali, waktu SD ikut tari Pamonte. Duh, ingat masa-masa berjaya dulu, nih *Loh, maksudne?* Iya, dulu, ‘kan, waktu SD selama tiga tahun jadi penari yang diandalkan sekolah *Beneran tuh?* Iya donk! Secara kita pada menang terus. Juara 1 lagi. Hehe.. ngekngok! Sayangnya, cita-cita yang didambakan gak kesampaian. Jadi Tadulakonya. Hehehe….

Eh, lupa. Bagi yang belum tahu apa tuh Tadulako, itu semacam pemimpin. Jadi dalam tarian itu, ada pemimpinnya. Wiiih, seru!

Walah, sudah-sudah… Cukup! Prolognya lama amir, bo’! biar kita jadi generasi penerus yang cinta tanah air, mari kita mengenal sulawesi tengah lebih dekat lagi! Hayuuuu!

Provinsi yang beribukotakan Palu ini, kaya akan budaya yang diwariskan secara turun temurun. Tradisi yang menyangkut aspek kehidupan dipelihara dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama adalah warisan budaya yang tetap terpelihara dan dilakukan dalam beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern serta pengaruh agama.

Penduduk asli Sulawesi Tengah terdiri atas 15 kelompok etnis atau suku, yaitu:

  1. Etnis Kaili berdiam di kabupaten Donggala dan kota Palu
  2. Etnis Kulawi berdiam di kabupaten Donggala
  3. Etnis Lore berdiam di kabupaten Poso
  4. Etnis Pamona berdiam di kabupaten Poso
  5. Etnis Mori berdiam di kabupaten Morowali
  6. Etnis Bungku berdiam di kabupaten Morowali
  7. Etnis Saluan atau Loinang berdiam di kabupaten Banggai
  8. Etnis Balantak berdiam di kabupaten Banggai
  9. Etnis Mamasa berdiam di kabupaten Banggai
  10. Etnis Taa berdiam di kabupaten Banggai
  11. Etnis Bare'e berdiam di kabupaten Touna
  12. Etnis Banggai berdiam di Banggai Kepulauan
  13. Etnis Buol mendiami kabupaten Buol
  14. Etnis Tolitoli berdiam di kabupaten Tolitoli
  15. Etnis Tomini mendiami kabupaten Parigi Moutong
  16. Etnis Dampal berdiam di Dampal, kabupaten Tolitoli
  17. Etnis Dondo berdiam di [Dondo[kabupaten Tolitoli]]
  18. Etnis Pendau berdiam di kabupaten Tolitoli
  19. Etnis Dampelas berdiam di [[kabupaten Donggala]

Disamping 12 kelompok etnis, ada beberapa suku hidup di daerah pegunungan seperti suku Da'a di Donggala, suku Wana di Morowali, suku Seasea di Banggai dan suku Daya di Buol Tolitoli. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang saling berbeda antara suku yang satu dengan yang lainnya, namun masyarakat dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari.

Karena banyak kelompok etnis mendiami Sulawesi Tengah, maka terdapat pula banyak perbedaan di antara etnis tersebut yang merupakan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat. Mereka yang tinggal di pantai bagian barat kabupaten Donggala telah bercampur dengan masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Di bagian timur pulau Sulawesi, juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo dan Manado, terlihat dari dialek daerah Luwuk, dan sebaran suku Gorontalo di kecamatan Bualemo yang cukup dominan. Jadi, kalau kita melihat Sulawesi Tengah, bisa dianalogkan dengan Wilayah Nusantara kita yang multikultur.

Kesenian di daerah Sulawesi Tengah bervariasi. Dapat dilihat dari beberapa jenis tari yang beraneka ragam, misalnya Tari Lumense, Tari Peule Cinde, Tari Pamonte dan Tari khas masyarakat pamona, Dero. Untuk dua tari terakhir, memiliki satu kesamaan dalam tujuannya yaitu ditampilkan ketika musim panen. Hanya saja, penampilan tari Dero yang popular di Poso ini lebih meluas yaitu pada upacara penyambutan tamu, syukuran dan hari-hari besar tertentu.

Bukan hanya multi budaya yang memikat, namun keadaan alam yang unik menghadirkan flora dan fauna yang menarik pula. Hal ini karena Sulteng berada di zona perbatasan di wilayah Asia Oceania. Hal yang menonjol, keanekaragaman Flora dan Faunanya berbeda jauh dengan Flora dan Fauna Asia yang terbentang di Asia dengan batas Kalimantan, juga berbeda dengan Flora dan Fauna Oceania yang berada di Australia hingga Papua dan Pulau timor. Binatang khas pulau ini adalah anoa yang mirip kerbau, babirusa yang berbulu sedikit dan memiliki taring pada mulutnya, tersier, monyet tonkena Sulawesi, kuskus marsupial Sulawesi yang berwarna-warni yang merupakan varitas binatang berkantung, serta burung maleo yang bertelur pada pasir yang panas.

Sulawesi Tengah yang berada pada bidang kordinat 3º 30' LS - 1º 50' LU
119º 0' - 124º 20' BT ini beriklim tropis. Temperaturnya berkisar antara 25 sampai 31° Celsius untuk dataran dan pantai dengan tingkat kelembaban antara 71 sampai 76%. Di daerah pegunungan suhu dapat mencapai 16 sampai 22' Celsius.

Hutan Sulawesi juga memiliki ciri tersendiri, didominasi oleh kayu agatis yang berbeda dengan Sunda Besar yang didominasi oleh pinang-pinangan (spesies rhododenron). Variasi flora dan fauna merupakan obyek penelitian dan pengkajian ilmiah. Untuk melindungi flora dan fauna, telah ditetapkan taman nasional dan suaka alam seperti Taman Nasional Lore Lindu, Cagar Alam Morowali, Cagar Alam Tanjung Api dan terakhir adalah Suaka Margasatwa di Bangkiriang.

Nah, itu dia sedikit tentang Sulawesi Tengah. Kita sepatutnya bangga ketika sadar mempunyai daerah dengan potensi mengagumkan. Sampe di sini dulu, yah, postingan hari ini. Nih, ku kasi contekan kalo mo tau tentang sulteng sampe ke akar-akarnya.

http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar